Selasa, 07 April 2009

PESTA SETENGAH TIANG!!!

Tanggal 9 April 2009 adalah hari dimana seharusnya seluruh rakyat di bumi pertiwi ini berpesta. Hari dimana seharusnya seluruh bangsa ini menyambut antusias kemeriahan hingar-bingar pesta lima tahunan "PEMILU". Hari dimana sejarah baru Negara Kesatuan Republik Indonesia ditorehkan dengan tinta "emas" demokrasi. Namun kenyataannya apa yang terjadi? PESTA SETENGAH TIANG!!! Ya..... Pesta berkabung atas matinya Nasionalisme. Berkabung atas matinya Demokrasi. Berkabung atas matinya hidup berbangsa dan bernegara ala PANCASILA.
Kita lihat saja betapa apatisnya sebagian rakyat negeri ini terhadap PEMILU. Bukankah ini cerminan matinya Nasionalisme? Kita lihat juga banyaknya rakyat yang memiliki "HAK PILIH" namun dikebiri dan kehilangan hak pilihnya dengan tidak masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT)!!! Bukankah ini simbol matinya demokrasi? Satu lagi yang patut kita sayangkan, para calon "Wakil Rakyat yang terhormat" saling sikut dan saling menjatuhkan tidak peduli lain partai ataupun separtai karena sistem suara terbanyak yang di putuskan Mahkamah Konstitusi. Semua caleg berlomba menghantarkan dirinya sendiri kepintu kekuasaan di Senayan tanpa adanya lagi semangat gotong-royong, toleransi, 'teposliro', persatuan dan kesatuan!!! Bukankah ini keadaan dimana bangsa ini sudah tidak lagi menghormati PANCASILA sebagai DASAR NEGARA?? Diperparah dengan ASAS atau DASAR partai-partai politik yang beraneka ragam yang menandakan lunturnya semangat PANCASILA!!!
Setengah tiang adalah simbol dari suasana berkabung. Namun pesta tetap dilaksanakan ditengah-tengah suasana berkabung seperti diatas. Jadilah sebuah "pesta setengah tiang", pesta yang ironis!!!

Minggu, 01 Februari 2009

TNI-POLRI nasibmu kini!!!

Netralitas TNI-POLRI sudah menjadi keharusan di era politik modern dan terbuka seperti saat ini. Namun yang menjadi sebuah ironi adalah Panglima Tertinggi TNI tega mempertanyakan komitmen TNI-POLRI didepan forum resmi hanya karena "Beliau" mendengar dan hanya mendengar kalau ada petinggi TNI yang menyatakan dukungannya kepada salah satu kandidat calon presiden. Menyedihkan dan mengharukan, profesionalisme yang terus dipertajam sepuluh tahun belakangan ini seakan-akan sirna karena ketakutan yang tidak mendasar dari sang Panglima Tertinggi TNI akan kalah kalau TNI-POLRI mendukung calon lain selain "beliau". Mungkin kecurigaan saya ini tidak berdasar dan absurd, namun dengan isue ini dikalangan TNI-POLRI sendiri terjadi saling curiga-mencurigai yang membuat ketidak nyamanan.
Pertanyaan saya, perlukah seorang tokoh sekaliber sang Panglima Tertinggi TNI mempertanyakan sesuatu yang belum pasti? Perlukah seorang Jendral TNI yang harusnya sudah terdidik jasmani dan rohaninya membuat polemik di tubuh TNI sendiri?
Sesuai dengan judul artikel ini, memang sudah nasib TNI-POLRI dari jaman kemerdekaan sampai sekarang mejadi bulan-bulanan politisi karena memang nasibnya seperti buah simalakama. Mendukung salah tidak mendukung juga salah...... Oh...TNI-POLRI nasibmu kini setalah 10 tahun REFORMASI tetap saja menjadi kambing hitam politik.....

Kampanye Hitam atau Kampanye Cerdas??

Akhir-akhir ini kita sering sekali melihat iklan politik. Baik perorangan atas nama partai atau partai itu sendiri langsung. Saya cukup terhibur dengan iklan-iklan yang menurut saya kreatif dan menarik. Namun kemudian saya mulai agak terganggu dengan beberapa iklan yang bisa dibilang kampanye hitam atau kampanye cerdas!
Pertama, iklan sebuah partai politik yang menyatakan keberhasilan partainya dan tokoh partainya mengatasi masalah bangsa yaitu HARGA BAHAN BAKAR MINYAK! Kampanye yang sangat cerdas menurut saya. Rakyat yang memang tergantung dengan BBM seperti disiram air segar dengan turunnya harga BBM. Cerdas dan bahkan sangat cerdas, rakyat yang mayoritas pas-pasan atau bahkan miskin bisa sedikit berhemat dengan turunnya harga BBM. Namun juga HITAM!!! Pembusukan dan penipuan besar terhadap rakyat. Rakyat yang bodoh semakin dibodohi dengan menyatakan itu merupakan prestasi pemerintah!! HITAM dan malah sangat PEKAT!! Rakyat yang tidak tahu apa2 harus menanggung beban yang seharusnya sudah terlepas. Yaitu, dengan turunnya harga minyak dunia menjadi US$40-an per barrel seharusnya Premium dan Solar dijual oleh pertamina dibawah Rp. 3.500,- per liter. Seharusnya beban rakyat semakin kecil lagi kalau pemerintah memang pro rakyat. Seharusnya biaya yang harus dikeluarkan rakyat untuk BBM bisa ditekan lagi kalau pemerintah mau sedikit pro rakyat dengan memberikan harga BBM yang sesuai dengan harga pokok produksi yang hanya dibawah Rp. 3.500,- per liter.
Terus terang saya jadi bingung dan kecewa. Bingung mengapa sosok yang di cintai rakyat rela menciderai dirinya sendiri dengan sesuatu yang bisa dikategorikan penipuan dan hanya mencari menang sendiri? Kecewa mengapa bangsa ini tidak kunjung lepas dari penjajahan, setelah rezim orde baru tumbang kembali kita dijajah dengan iklan dan jargon politik yang menyesatkan dan hanya untuk kepentingan golongan tertentu saja??
Kedua, iklan sebuah partai politik yang lain lagi yaitu dengan membanggakan diri menjadi penengah masalah2 konflik dibeberapa daerah. Kembali saya bertanya-tanya, cerdas atau hitamkah kampanye model demikian? Mungkinkah sebuah partai politik bisa menyelaesaikan konflik disuatu daerah? Bukankan kalau seorang kader partai kalau sudah menjadi pejabat negara atau abdi negara bertindak atas nama negara dan bukan lagi atas nama partainya? Prestasinya sebagai aparatur negara seharusnya menjadi prestasi negara bukan orang tersebut atau partai politiknya, karena keberhasilannya tentu bukan semata-mata karena orang tersebut atau partanya namun lebih karena nasionalisme bangsa yang di bawa dan diperjuangkan!!!
Mungkin Yang Kuasa marah karena kedamaian yang sudah dianugerahkan ke bangsa ini dikangkangi oleh sebagian orang dan segolongan saja, sehingga belum lama ini sebuah daerah konflik yang sudah di klaim damai kembali bergolak dan menelan korban. Kota itu kembali mencekam......
Maka, cobalah kita semua merenung dan kembali bersyukur kepada TUHAN. Kalau Tuhan sudah memberikan banyak kemudahan (minyak dunia yng turun, kedamaian dan berhentinya konflik dllsb) maka janganlah kita menjadi arogan dan sombong menklaim keberhasilan itu milik kita atau golongan kita atau partai kita, namun merupakan anugerah Tuhan atas bangsa ini yang harus menjadi keberhasilan dan kebanggaan kita semua sebagai BANGSA!!!
Salam Kegerakan!!!

Selasa, 06 Januari 2009

PESTA DEMOKRASI

Tahun baru 2009!!!! Hore...hore....hore..... Semua rakyat bersorak gembira memasuki tahun yang baru. Berharap terjadi sesuatu yang baru dalam hidupnya. Berdoa terkabulnya harapan-harapan baru..... Benar... kita semua berharap dan berdoa untuk kehidupan yang baru ditahun yang baru ini...
Selamat Tahun Baru 2009 calon-calon rakyatku semua (hehehehehehe.....)
Namun, sesuatu yang lebih penting dan lebih krusial akan terjadi ditahun 2009 ini. PEMILU!!!! Ya, Pemilu sebentar lagi akan kita songsong. Pesta demokrasi yang seharusnya menjadi titik balik dari semua pergolakan politik bangsa ini akan segera digelar. Pesta???? Pestakah pemilu ini???? Pesta seharusnya adalah ekspresi kegembiraan merayakan sesuatu. Pesta seharusnya semua bergembira tanpa terkecuali.... Mari kita meriahkan pesta ini, berharap pemerintahan baru yang bersih dan kondusif tercipta dari pemilu ini.....
GOD Bless Us........

Senin, 27 Oktober 2008

Kakek-kakek yang masih ngedot!!!

Indonesia oh..... Indonesia......
Secara umur sudah selayaknya Indonesia ini boleh berbangga, 63Tahun Merdeka!!!
Kalau boleh dikatakan bahwa Bangsa ini sudah berumur ratusan tahun. Sejak Majapahin menguasai Nusantara, saat itulah bangsa ini sudah menyatakan kepada dunia tentang keberadaannya.
Peribahasa mengatakan, "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI PARA PAHLAWANNYA", tapi apa lacur????? Menghargai hanya dimulut, bukan dihati. Menghargai hanya untuk prosesi bukan sebagai pribadi. Lihatlah..... 80 tahun yang lalu, pemuda-pemudi dari seluruh pelosok Nusantara berikrar.... Satu Nusa, Satu Bangsa dan Satu Bahasa...... Bahkan 100 tahun yang lalu, Boedi Oetomo menjadi momentum kebangkitan Nasional.... dan puncaknya 17 Agustus 1945 Soekarno-Hatta memproklamsikan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demi kesatuan dan persatuan Soekarno-Hatta dan seluruh elit bangsa ini pada saat itu bersatu padu mengusung Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Dasar Negara PANCASILA, bukan piagam jakarta yang terkesan subyektif ditengah ke-Bhinekaan Indonesia.
Bukankan sekarang ini bangsa ini seperti kakek yang mulai ngedot lagi??? Rancangan Undang-Undang (RUU) yang dibahas banyak mundur lagi. Khususnya RUU Anti Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) yang menjadi pro-kontra belakangan ini.
Kalau mau disimak secara bijak, tidak ada satu orang waraspun yang menyetujui Pornografi dan Pornoaksi termasuk pekerja sex sekalipun. Jadi RUU APP ini yang pada beberapa pasalnya mengatur kehidupan pribadi jelas tidak akan efektif. Ini masalah moral, bukan hukum! Ini masalah gaya hidup bukan hukum. Para pendukung RUU APP pasti juga tau dan sering melihat dikaki2 lima atau langsung ke Glodog-Jakarta dimana VCD porno disajikan bebas, namun kita juga lihat bersama betapa lemahnya aparat kita yang tidak berani menindak mereka. Namun juga belum cukup hanya pedagangnya saja, produsennyalah yang seharusnya di berangus.
Bangsa ini sedang sakit... Bahkan duniapun juga sedang sakit..... Secara ekonomi, terjadi krisis global..... Harga minyak dunia tidak menentu.... Perdagangan saham juga hancur-hancuranan.... Demikian juga Valuta Asing juga amburadul.... Inilah yang seharusnya dicari solusinya, ayo tinggalkan dot kita.... Mari kita mulai makan makanan keras......
Bersatu dengan menerima perbedaan, karena perbedaan bukan untuk dipertentangkan namun untuk disinergikan supaya menjadi kekuatan bukan kelemahan. Perbedaan akan memperkaya kita dalam segala hal, penyeragaman akan mengkotak-kotakkan kita sehinggan akan bergelut disatu lingkaran seperti lingkaran setan yang tidak akan ditemukan pangkal dan ujungnya.....
Bapak Bangsa kita sudah mengikrarkan Bhineka Tunggal Ika bahkan sejak jaman Majapahit. Artinya, memang kita (Bangsa Indonesia) ini banyak perbedaan baik dari segi Suku, Agama dan kepercayaan, Ras dan Latarbelakang serta Kebudayaan..... Lihatlah bagaimana masyarakat Tengger yang beragama HINDU ditengah-tengah empat kabupaten Jawa Timur yang merupakan basis NU ( ISLAM ), atau Suku Batak yang Kristen ditengah Propinsi NAD, SumUt dan SumBar yang juga basis ISLAM? Ini realita... Ini kenyataan...... Warna kulitpun beraneka ragam: orang Papua hitam legam, ambon dan ntt sedikit hitam, jawa sawo matang, sebagian kalimantan kuning langsat, sunda kuning langsat dan lain2.....
Indonesia tidak akan pernah bisa terlepas dari sejarah bahwa "Berbeda-beda namun tetap satu jua"..... Saat penyeragaman dipaksakan, disintegrasi bangsa akan terancam. Pluralisme merupakan kebanggan Indonesia, kalau sudah ngak plural bukan Indonesia namanya....
Tumbuhkan kembali semangat Nasionalisme dan kenersamaan, dua kata itulah merupakan kunci Indonesia kembali disegani di dunia dan menjadi panutan diera globalisasi sekarang ini.
Salam Nasionalisme......
M.E.R.D.E.K.A.!!!!!!

Jumat, 05 September 2008

Bangga Akan Kebanggaan Semu

Bangga akan kekayaan alamnya, itu dulu......
Bangga akan ramah tamahnya, itu dulu......
Bangga akan gotong-royongnya, itu dulu.....
Bangga akan toleransi antar umat, itu dulu......
Bangga akan kebhinekaannya, itu dulu......
Bangga akan ragam budayanya, itu dulu......
SEKARANG!!!!!!
Bangga menjadi bangsa pengemis kepada negara-negara kapitalis....
Bangga menjadi bangsa kasar yang sering bertindak anarkis.....
Bangga menjadi bangsa yang individualis dan matrialistis.....
Bangga menjadi bangsa bar-bar yang dikriminatif.....
Bangga menjadi bangsa yang selalu terpecah belah oleh propaganda busuk.....
Bangga menjadi bangsa yang bangga menggunakan budaya asing.....